top of page

Waspadai varian baru, RSLI kirim sampel pasien dengan CT Value dibawah 15


Foto : Dokpri

Surabaya, Sehubungan dengan berkembangnya issue pemberitaan mengenai kemungkinan munculnya varian covid-19 Mu maka Rumah sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Surabaya memberikan penjelasan dan klarifikasi pada Konperensi Press yang diselenggarakan pada Jum'at, 10 September 2021 Pukul 09.30 WIB di Tenda A (Administrasi) RSLI Jalan Indrapura No. 17 Surabaya. Narasumber pada kompress adalah :

1. Laksamana Pertama dr Ahmad Samsulhadi, MARS (Penanggungjawab RSLI)

2. dr. Fauqa Arinil Aulia, Sp.P.K. (DPJP, Spesialis Patologi Klinis)

3. dr. Nevy Shinta Damayanti, Sp.P., (DPJP, Spesialis Paru) RSLI

4. Mayor Laut (K/W) dr. Ni Kadek Ratnadewi, M.Biomed, Sp.KJ, (DPJP, dokter psikiater/spesialis jiwa)

5. Soebandi, S.H. (BPBD Jatim)


Laksamana Pertama dr. Ahmad Samsulhadi, MARS, selaku Penanggungjawab RSLI menyampaikan kondisi terkini pasien dirawat sejumlah 148 dengan komposisi 122 orang dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan 26 orang dari pasien umum/mandiri.


Nanti sore atau malam ada kabar dari Satgas PMI akan mengirimkan PMI terkonfirmasi positif swab PCRsejumlah 80-90 orang,masih kita tunggu.


Dr. Samsulhadi mengklarifikasi dan menegaskan bahwa RSLI tidak pernah punya kewenangan deklare varian baru yang muncul. RSLI tidak pernah mengabarkan adanya varian baru Mu .


Tugas RSLI merawat pasien covid-19, melakukan tindaklanjut apabila ada yang perlu dicermati dan melaporkannya kepada pemangku kebijakan dalah hal ini Dinkes Provinsi Jatim dan Gubernur. Setelah itu baru kita tindaklanjuti setelah rilis resmi dari mereka.



Foto : Dokpri

“Keberadaan pasien PMI memang menjadi bahan diskusi yang hangat. Terkait covid-19 yang kebanyakan diderita oleh mereka adalah masuk dalam Variant of Consequence (VoC) dan karena merupakan pelaku perjalanan internasional maka selain tugas kami merawat, juga sebagai ilmuan dan profesional di bidang kesehatan kami aware terhadap fenomena yang ada untuk bisa mengumpulkan data dan kami tindaklanjuti dengan penelitian dan kami sampaikan kepada pihak terkait.” papar dr. Samsulhadi.


Sejak penanganan PMI mulai 6 Mei 2021 kami mendapatkan data yang menarik, dimana setelah 8 / 10 hari dan kini 12 hari dirawat dan kami lakukan swab PCR lanjutan ternyata banyak sekali dijumpai hasilCT Valuenya dibawah 25,yakni sebanyak total 879. Dari jumlah itupun, terdapat 78 yang jumlah CT Valuenya dibawah 15, serta 22 orang dengan CT Value antara 5-10 serta 2orang dengan CT value dibawah 2.


Terhadap fenomena ini, sekali lagi kami tidak pernah deklare adanya varian baru. Hanya saja, alangkah sayangnya apabila data-data menarik ini lewat begitu saja,sehingga kami sampaikan kepada pihak terkait, termasuk pemerintah untuk ditindaklanjuti.



Foto : Dokpri

Dr. Fauqa menyampaikan klarifikasi tentang nilai 1,8 yang kemarin beredar. Yang dimaksud angka 1.8 ini adalah pasien umum confirmed (bukan kelompok PMI) yang akan MRS di RSLI dengan hasil positif dari alat isolated isothermal-PCR yang pelaporannya dengan rasio (indeks). Cut-off negatifnya <1.15. Rasio ini berbeda dengan CT-Value pelaporan hasil dari alat RT-PCR. CT-Value dari RT-PCR cut-off negatifnya juga bermacam-macam, tergantung instrumen dan reagen yang digunakan.


Dari monitoring PCR kelompok PMI sebelum selesai isolasi di RSLI, beberapa kami dapatkan CT Value memang masih rendah menjelang hari ke-14 perawatan (<25). Sebagaimana SOP rujukan WGS dari Kemenkes, yakni 1. Pelaku perjalanan internasional atau pekerja migran yang tiba di Indonesia. 2. Orang dari daerah perbatasan Indonesia dengan negara tetangga. 3. Area dimana terjadi peningkatan kasus dan kluster/penularan yang cepat. 4. Orang yang berpartisipasi dalam uji coba vaksin dan atau telah divaksinasi secara lengkap (full dose), 5. Orang dengan riwayat infeksi dan infeksi ulang. 6. Orang dengan gangguan kekebalan tubuh (autoimmune disorder) dan penyakit komorbid (HIV, TB, dll). 7. Anak-anak dengan usia< 18 tahun pada daerah yang terjadi peningkatan kasuspada anak. 8.Orang yang berusia<60 tahun (gejalan klinis parah, tidak memiliki penyakit penyerta. 9. Kasus positif SARS-CoV-2 yang kontak dengan kasus SARS-CoV-2 Varian of Concern dan Variant of Interest .


Kami juga melakukan pengiriman sampel PMI dengan kondisi khusus tersebut ke TDC Kampus C Unair.


Karena PMI adalah pelaku perjalanan LN, maka akan diisolasi 14 hari dan dimonitor dengan swab PCR diawal kedatangan.


Apabila negatif bisa pulang dan apabila positif akan dirawat hingga 14 hari dan bila tidakadalagi indikasi klinis, symtomatik dan komorbid lainnya, bisa pulang.


Sedangkan sampel yang khusus,akan tetap dilanjutkan proses penelitiannya. Hasilnya pun tentunya tidakserta-mertabis diumumkan kepublikkarena masing-masing pihakmempunyai kewenangan sendiri-sendiri.


Terhadap data 879 yang CT Valuenya dibawah 25, tidak kita kirimkan semua sampelnya,hanya yang Long of Stay-nya panjang (diatas 10 hari) yang kami kirimkan. Sejak Mei 2021, kita total sudah mengirimkan 78 sampel, diantaranya yang sudah keluar 1 varian Sout of Afrika, 1 varian UK, 9 Varian Delta, beberapa bulan yang lalu.


Sedangkan untuk sebulan terakhir ini belum ada hasil yang dikabarkan. Sekarang masih berproses.” ungkap dr. Fauqa.

dr. Nevy Shinta Damayanti, Sp.P., (DPJP, Spesialis Paru) melanjutkan penjelasan terkait kewaspadaan terhadap PMI. Di Indonesia pintu masuk PMI hanya dua, yakni Jakarta dan Surabaya.


Sehingga keberadaanya perlu dicermati. Semua yang terkonfirmasi positif memang rata-rata tanpa gejala (OTG) hinggga gejala ringan.


Meskipun demikian bagi yang mempunyai komorbid, seperti hipertensi, obesitas, gula darah dsb.


Perlu diwaspadai. Sebagai pintu masuk PMI, kita mempunyai SOP khususnya bagi pasien dengan ciri-ciri khusus akan dilakukan Whole Genome Sequencing (WGS).


Tentang varian baru, gejalanya hampir sama, tapi virus sebagai makhluk hidup tentunya juga belajar dan menyesuaikan diri, ”mengelabuhi” peneliti dsb, yang itulah ciri dari adanya perubahan/mutasi. Yang perlu diperhatikan adalah : 1. Masyarakat jangan lengah, tetap waspada. 2. Di sini adalah contoh dari apa yang ada di luar negeri,penanganan covid-19 harus lebih ketat, karena saat kembali kemasyarakat,jangan sampai membuat masyarakat merasa tidak nyaman.


Sebagimana halnya pasien reguler, 80 persen pasien RSLI dari PMI (Luar Negeri), penangannya sekarang terbalik. Kalau dahulu PMI dipisahkan dari pasien umum, sekarang pasien umum yang dipisahkan dari pasien PMI, karena jumlahnya sudah relatif sedikit.


Terhadap pasien PMI juga dilakukan edukasi yang tepat, karena terkadang mereka yang dari luar negeri menerima informasi yang simpang siur tentang covid-19, termasuk masalah aturan karantina.


Yang jelas mereka dari luar negeri harus benar-benar sudah clear saat akan kembali ke masyarakat, sehingga tidak lagi ada penularan yang massif hingga terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).


Di masyarakat pun hendaknya harus menerapkan kewaspadaan yang sama. Dewasa ini berkembang munculnya gejala khas covid tapi saat di swab PCR lasilnya negatif.


Masyarakat harus tetap menyadari akan bahaya covid. Jangan sampai abai. “Yang merasakan gejala (klinis) covid-19 harus lapor ke faskes terdekat, supaya ditangani.


Vaksinasi harus jalan terus, sehinga semua aman. Jangan sampai kita kehilangan satu generasi akibat pandmei ini.” Harap dr Nevy.

Dr samsulhadi menambahkan bahwa di RSLI ini, dikembangkan upaya kepedulian semuanya untuk tidak saja merawat pasien covid-19 sesuai waktu 10+4 hari, tetapi juga tetap memonitoring hingga benar-benar kondisi klinis dipastikan clear dan sembuh.


Semua dipantau dan dicermati, yang CT Valuenya masih rendah, ditunda kepulangannya. Selanjutnya diedukasi dan dirawat lebih lanjut.


Mereka yang sudah bisa pulang, tapi masih menunggu jadwal keberangkatan pesawat maupun kapal laut, juga difasilitasi oleh relawan pendamping PPKPC-RSLI melalui rumah singgah. Dengan fasilitas dan layanan gratis ini diharapakan para penyintas merasa nyaman hingga pulang kembali ke keluarga dan rumahnya masing-masing.


Tentang problematikan yang khas di pasien PMI, Mayor Laut (K/W) dr. Ni Kadek Ratnadewi, M.Biomed, Sp.KJ.memaparkan bahwa kebanyakan dari mereka menghadapi kendala mental/psikis.


Hal ini dipicu karena saat kepulangan mereka berharap segera sampai dan berkumpul dengan keluarga. Ternyata mereka harus menjalani aturan karantina, apalagi kemudian terkonfirmasi positif covid-19 dan mengharuskan diisolasi minimal 14 hari.


Juga mereka yang dirawat, ternyata setelah 14 hari masih ada yang positif, itu juga menambah beban psikis mereka.


Untuk itu kamilakukan terapi psikis dan juga konsultasi. Langkah psikotherapy kami berikan, yang mengalami psikis berat kami bantu dengan berikan tambahan farmakoligi.


Juga darirelawan pendamping ada program teman curhat yang juga membantu mengurangi beban masalah psikis yang diderita para pasien PMI.


”Melalui penangan psikologis pasien, kami berharap mereka segera bangkit, pulih dan kembali ke keluarganya dengan selamat, sesuai keinginan dasar mereka saat ingin pulang ke kampung halaman.” pungkas dr. Kadek.(Dna/Ced)

Comments


bottom of page
analisa post 17.50 (0 menit yang lalu) kepada saya