top of page

UWKS Serahkan Budikdamber dan Mesin Pelet Untuk Perkuat Ketahanan Pangan dan Pengelolaan Sampah

Diperbarui: 13 Agu

SURABAYA - analisapost.com | Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) berkomitmen untuk meningkatkan ketahanan pangan dan pendapatan ekonomi warga kampung dengan menyelenggarakan pelatihan Budidaya Ikan Dalam Ember (Budikdamber) serta menyerahkan mesin pembuat pelet dari maggot di Kampung Oase Songo, RT 09/RW 03 Kelurahan Simomulyo Baru, kecamatan Sukomanunggal, Surabaya pada hari Sabtu (10/8/24).

UWKS serahkan Budikdamber dan alat untuk pelet (Foto: Dokpri)

Kegiatan ini adalah bagian dari rangkaian Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) UWKS, yang diikuti 5 Mahasiswa dari Prodi Kedokteran Hewan yakni Adi Oktaviana Mentari, Al Faddiansyah, Ismul Jalal, Mutia Isnaeni, dan Seryna Hasna Q dengan memanfaatkan peran sektor Pentahelix akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media untuk mengembangkan solusi inovatif.


Ketua Pelaksana Program PKM Freshinta Jelllia Wibisono, menjelaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya berfokus pada isu lingkungan, tetapi juga memberikan perhatian pada upaya pengembangan masyarakat.


"Sebagai bagian akademisi, kita ingin terlibat langsung dalam masyarakat untuk membantu menangani isu ketahanan pangan dan masalah sampah," ujarnya kepada awak media AnalisaPost.


Dosen UWKS yang akrab dipanggil Shinta ini mengungkapkan bahwa hingga saat ini UWKS telah menyerahkan 10 ember Budikdamber kepada Kampoeng Oase Songo, di mana setiap embernya mampu membudidayakan 100 ikan lele dengan tingkat kematian 20%.


"Meskipun ruangannya terbatas, Budikdamber diperkirakan dapat menghasilkan sekitar 800 ikan lele, yang nantinya bisa membantu memenuhi ketahanan pangan dan kebutuhan gizi di tingkat rumah tangga warga setempat," jelasnya.


Mengenai mesin pembuat pelet yang juga diserahkan dalam kegiatan tersebut, Shinta menjelaskan bahwa alat ini ditujukan untuk menciptakan hubungan antara penyelesaian isu ketahanan pangan dan masalah sampah.

Sementara Yening Mustika Ningrum, Kepala Kampung Oase Songo menyampaikan harapannya agar program ini tidak berakhir setelah masa PKM selesai, tetapi dapat terus berlanjut dan menjadi contoh bagi kampung-kampung di seluruh Indonesia khususnya Surabaya.


"Hasil produksi lele dari Budikdamber akan dijual, sehingga mereka dapat menikmati hasilnya. Jadi program ini berperan penting dalam mewujudkan meningkatkan perekonomian keluarga miskin (gamis). Sehingga mereka yang kami pekerjakan untuk mengelola sampah, serta memelihara magot dan lele, tidak perlu kawatir lagi tentang makanan, karena mereka sudah bisa mendapatkan penghasilan dari program ini," ungkapnya.


Hal yang sama juga disampaikan oleh Ir. Adi Chandra, S.Si., M.Si sebagai Pembina KampoengOase Songo menyambaikan bahwa dengan adanya kemitraan antara Kampoeng Oase Songo dengan Perguruan Tinggi Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS), di harapkan semakin menguatkan Kampoeng Oase Songo sebagai kampung wisata edukasi urban farming dan pengelolaan lingkungan melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) skema pemberdayaan kemitraan masyarakat UWKS yang di danai oleh Dirjen Dikti Riset dan Teknologi Kemendikbud Ristek.


"Harapan kami ke depan dengan dukungan lintas stakeholder dan menjadikan Kampoeng Oase Songo sebagai laboratorium hidup lintas disiplin keilmuan, mampu memberikan solusi terbaik untuk semakin mendekatkan dengan Gerakan Circular Economy Berkelanjutan dengan gerakan untuk menuju Sustainable Development Goals (SDG's)," tutupnya yang disampaikan kepada awak media AnalisaPost. (Che/Dna)


Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com

1.090 tampilan0 komentar

留言


bottom of page
analisa post 17.50 (0 menit yang lalu) kepada saya