Tradisi Bojonegoro Yang Tidak Pernah Luntur
- analisapost
- 25 Agu 2021
- 1 menit membaca

Bojonegoro, Analisa Poat | Bulan suro merupakan bulan yang sakral bagi masyarakat jawa, banyak warga yang masih nguri-uri (melestarikan) budaya warisan leluhur saat bulan suro (muharam) salah satunya adalah menjamas (membersihkan) benda pusaka seperti keris tombak dan lainya.Rabu (25/08/21)
Seperti yang di lakukan pemerhati keris dan benda pusaka di Kwpohbaru, Chiprana nama panggilan ahli spritual dari desa Kepoh Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro.
Setiap bulan suro lelaki ini pasti menjamas puluhan keris dan benda pusaka koleksinya. Menjamas keris dan benda pusaka merupakan bagian dari kearifan lokal dan tradisi leluhur yang memiliki makna dalam tentang nilai filosopinya dari menjamas keris.

Menurut Chiprana saat di konfirmasi awak media Analisa Post menyatakan, "sebenarnya keris dan benda pusaka tidak hanya di bersihkan pada bulan suro saja, alangkah baiknya jika sudah kotor dan muncul karat seharusnya cepat di bersihkan. Namun karena sudah menjadi tradisi, maka sebagian orang yang memiliki keris dan benda pusaka menjamas tetap di bulan suro karena bulan ini di anggap sakral." Pungkasnya
Dari informasi tersebut, rakyat Indonesia harus bangga memiliki warisan keris buatan Empu, karena selain wayang dan batik sejata asli nusantara ini sudah di akui secara resmi oleh UNESCO lembaga PBB yang mengurusi budaya dimana keris masuk dalam peninggalan warisan budaya dunia.

Masyarakat perlu tahu supaya tidak salah presepsi kalau menjamas dan memberi minyak pada keris dan benda pusaka itu, bukan berarti memberi sesaji, itu adalah presepsi yang salah.
Tetapi makna yang terkandung jelas supaya keris dan benda pusaka selalu bersih sehingga awet dan nilai seni keindahanya tetap terjaga yang nantinya bisa di wariskan ke anak cucu sehingga tidak punah.(Tom)
コメント