SURABAYA - analisapost.com | Saat ini semua orang enggan membicarakan politik apalagi asumsi negatif sangat melekat pada bidang tersebut. Akan tetapi dalam kehidupan secara tidak langsung berkaitan dengan dunia politik. Oleh karena itu diharapkan pemahamannya harus sesuai dengan kenyataaan.
Bagaimana Politik dan Gereja, Apa Bisa Sejalan?
Mendekati tahun politik yang akan dilaksanakan pada tahun 2024 pengetahuan akan sepak terjang para wakil rakyat termasuk presiden wajib diketahui dan dipelajari biar tidak salah.
Untuk itu UKWMS menggelar seminar dengan tema "Gereja Berpolitik" dilaksanakan di Auditorium UKWMS dihadiri dari berbagai lintas agama sebagai pemateri RD.Dr.Benny Susetiyo dan sebagai moderator Untara Simon,S.S.,M.Hum pada hari Sabtu (10/6/23).
Antusias peserta cukup tinggi terlihat hampir semua kursi terisi penuh. Sayangnya para awak media tidak bisa semudah itu masuk, salahsatunya AnalisaPost tidak bisa leluasa mengambil gambar karena larangan keras panitia.
Pelarangan liputan Oleh Panitia
Sesungguhnya menyalahi aturan yang tertera dalam Undang-Undang Pers No.40 Tahun 1999 yang menyatakan, "bagi seseorang yang dengan sengaja menghalangi wartawan menjalankan tugasnya dalam mencari, memperoleh dan menyebarluaskan informasi dapat dikenakan pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat (1)," ini sangat jelas tertulis itu yang perlu di ketahui oleh setiap panitia ataupun penyelenggara even.
Acara dan materi sangat bagus namun sangat disayangkan panitia melarang peliputan dengan alasan tidak jelas sehingga menimbulkan asumsi negatif kenapa tertutup??.
Reporter AnalisaPost dilarang Interview Narasumber?
Patut diketahui ketika awak media AnalisaPost tiba dilokasi langsung ijin meliput ke panitia bahkan ID Card sempat difoto panitia. Selanjutnya salah satu panitia memberi ijin mengambil dan interview narasumber.
Faktanya usai kegiatan, saat meminta statement romo Benny sebagai Staf Khusus Ketua Badan pembinaan Ideologi Pancasila, yang terjadi malah para media dilarang interview oleh seorang wanita berkaca mata, salah satu dari panitia. Narasumberpun menghentikan pembicaraan itu dan berujar, "silakan minta panitia saja," ucapnya dengan perasaan tidak nyaman.
Tentu saja ini tak seharusnya terjadi. Saat dikonfirmasi, panitia tidak bisa menjawab secara gamblang. Bersama rekan dari Harian Disway, kami diarahkan ke Untara Simon,S.S.,M.Hum selaku Dosen Filsafat UKWMS.
Pihak penyelenggara Centrum Ivan MERZ (CIM) yang diwakilkan Galan menyampaikan, "kami sebagai umat Katolik, seminar ini sangat penting karena membuka wawasan, pandangan kita terhadap politik itu sendiri,"terangnya kepada awak media AnalisaPost.
"Kita perlu gagasan seperti ini karena melihat kaum gereja serta anak muda jaman sekarang sangat sensitif sekali. Mereka tidak mau terlibat pada dunia politik. Berharap adanya acara ini bisa mengunggah semangat untuk berpolitik yang baik dan benar dan juga harus tanggap terhadap situasi sosial," imbuhnya.
Sementara menurut Untara Simon mengatakan bahwa kegiatan ini berdasarkan survey yang dilihat dengan obrolan politik terutama kalangan gereja katolik sering menjadi hal yang dihindari, "karena umat gereja Katolik sangat terkenal dengan hirarkinya," ungkap Simon.
"Maka kalau saya umat katolik sering menanyakan apa hak saya bisa cawe-cawe? Menurut saya keputusan ini sesungguhnya bisa menjadi jembatan. Sedangkan para pastor berharap ada satu komando. Diskusi semacam ini harus sering dilakukan agar orang-orang menjadi terliterasi," paparnya yang disampaikan penuh semangat terlihat dari raut wajahnya.
Dengan dilaksanakan seminar ini, berharap ilmu politik para peserta semakin bertambah serta mengetahui peran gereja dalam menentukkan hak politiknya sebab Pancasila sebagai Habituasi Iman.(Che)
Dapatkan update berita pilihan dan berita terkini setiap hari dari analisapost.com
Comments