SURABAYA - analisapost.com | Dunia pendidikan sangat dibutuhkan dalam membangun bangsa. Oleh karena itu setiap anak berhak mendapat pembelajaran yang sesuai tanpa kecuali. Tapi apa jadinya jika dunia pendidikan dijadikan ladang bisnis? Melalui tulisan ini Analisa Post mencoba melakukan penelusuran terhadap salah satu sekolah swasta yang berada di kota Surabaya, diduga melakukan pelanggaran. Senin(22/02/2021)
Saat awak media Analisa Post menemui orang tua murid, “kami merasakan ada sesuatu yang ganjil mengenai akreditasi di online dan di sekolah beda.” ujar salah satu orang tua murid ketika bercerita.
“Beberapa guru tidak mempunyai sertifikat, tidak mematuhi aturan Dinas Pendidikan Kota Surabaya dan lain-lain.” tambahnya. Disisi lain beberapa orang tua enggan bersuara karena anaknya masih sekolah disana takutnya nanti dipersulit. “sekolah sudah bayar mahal tapi apa yang didapatkan tidak sesuai.” imbuh nya
Saat awak media Analisa Post datang ke sekolah untuk konfirmasi, I Putu Tony, S.T,M.m Kepala sekolah SMA NSA mengatakan, “NSA dari sekolah Nasional berubah menjadi SPK syaratnya untuk menjadi SPK (Sekolah Perjanjian Kerjasama) dia harus terakreditasi A sebagai sekolah Nasional dan NSA itu waktu menjadi YPPI sudah terakreditasi A makanya boleh menjadi SPK.” Ujar pak Tony
“Nah baru kemarin itu di akreditasi sebagai SPK. Jadi akreditasi itu tidak berubah, A itu akreditasi Nasional kita. Nah yang C itu akreditasi kita sebagai sekolah SPK. Tapi itu kategori nya dari kementerian.” Tambahnya
“Sebenarnya jadwal akreditasi sekolah NSA itu awal Mei kemarin. Tapi karena pandemi, di undur jadi saya mempresentasikan 3 tahun kebelakang.” Pungkas nya
Dari penjelasan Kepala sekolah SMA NSA I PuTu Tony, S.T,M.m menunjukkan bahwa soal akreditasi itu masih proses alias belum jelas di perparah adanya aturan harus lunas SPP, UDP dan daftar ulang hal ini juga sering dipertanyakan oleh para orang tua murid dalam kondisi pandemi.
Diharapkan Dinas Pendidikan kota Surabaya memberi perhatian lebih terhadap polemik tersebut jangan sampai sekolah hanya mencari untung semata tanpa memperhatikan kualitas. (Red)
Comments