Waktu sudah menunjukan pukul 00.00 WIB. Meskipun mata sudah lelah, tetapi tidak juga ada keinginan untuk beranjak dari tempat duduk. Entah apa sebenarnya yang di nanti.
"ccck...ccck...cck...," suara cicak terdengar memecah kesunyian malam membuyarkan lamunanku.
"Hhm memang apa yang tadi aku pikirkan, kenapa tiba-tiba aku mendengar suara cicak," ujarku.
Entah mengapa aku sangat mempercayai mitos itu yang mengatakan apabila kita mendengar suara cicak, maka apa yang kita pikirkan semua di benarkan. Tapi bagi ku itu bukan sekedar mitos. Bagiku itu adalah suara hati yang paling dalam dan susah untuk diungkapkan.
"ccck..ccck...ccck..," kembali suara itu aku dengar. Aku berusaha untuk tidak meresponnya. Kembali ku lanjutkan jari-jari menyentuh tombol-tombol laptop yang ada di hadapanku.
"Prang....ckraak,"
"Siapa disana," teriakku.
Namun tak ada sahutan. Kembali ku teriak ,"wooii siaapaa? dan apa itu yang jatuh," teriakku kembali. Spontan aku bangkit dari tempat duduk dan berkeliling mencari sumber suara yang dari tadi sudah membuyarkan lamunanku.
Dari atas sampai ruangan dibawah ku putar mencari asal suara tapi tak ada tanda-tanda apapun. Karena lelah aku mengitari seisi rumah, akhirnya aku berdiri di depan jendela yang terbuka.
Tampak beberapa pohon mulai mengering dengan suara deburan ombak dipantai, membuat pikiranku kembali kemasa silam.
********
"Del..Adel kamu di mana, jadi pergi ngak? entar keburu malam lhoo. Dari tadi ku teriak tapi kamu tidak mau menjawab ada apa?" tanya Andre sambil menepuk pundakku.
"Maaf beneran aku ngk mendengar," kataku berbohong.
"Masak..yang benar aja. Yukk cepetan ini sudah jam tiga lho," ujarnya sambil menjawil pipiku dengan sayang.
Andre adalah cowok yang sangat memperhatikanku. Apapun dia akan lakukan demi memenuhi keinginanku.
Tapi hari ini entah mengapa, hatiku merasa sedih. seolah-olah dia akan pergi jauh. Padahal hari ini aku minta dia untuk mengantar aku ke pantai.
"Aiihh melamun lagi. Apa sih yang kamu lamunkan? hhhm jangan-jangan kamu ngak suka aku pergi sama kamu ya," katanya sambil menarik rambutku yang panjang.
"Aduhh sakitttt. Kamu itu selalu tarik-tarik rambutku. Lama-lama bisa rontok nih,"teriakku manja sambil mencubitnya.
"Makanya jadi orang jangan suka melamun. Ayoo jadi pergi ngak ke pantai. Katanya mau cari kerang buat kerajinan tanganmu. Ingat besok hari terakhir kamu mengumpulkan tugas," katanya.
"Iyaa jadi," jawabku sambil menahan perasaanku yang galau.
Jujur saat itu aku ingin menangis dalam pelukannya. Tapi aku sendiri tidak mengetahui sesungguhnya apa yang membuat aku sedih.
Aku hanya diam sambil berjalan beriringan. Entah apa yang dia bicarakan dalam perjalanan. Aku hanya sibuk dengan pikiran dan perasaanku yang kacau.
"Adel.....Adel... tol...ng," teriak suara yang tak asing ku dengar. Seketika ku lihat tak ada lagi Andre di sebelahku. Ku cari-cari sosok laki-laki yang aku sayangi. Tapi tak ada jejak sedikitpun ku lihat.
"Andre... Ciwill kamu dimana, jangan takut takuti aku dong," teriakku sambil melihat sekeliling.
Awalnya ku kira dia bercanda. Tapi hingga pukul menunjukan jam 18.00 WIB aku tak melihat tubuhnya.
Kembali ku teriakan nama kesayangannya,"ciwill...ciwil... Andre..kamu dimana," teriakku mulai ketakutan.
Hingga pukul 20.15 tak ada ku temukan tanda-tanda Andre. Yang ada hanya suara deburan pantai memecah kesunyian.
Aku hanya duduk menangis memanggil namanya. Tapi tak ada yang bisa membantuku. Orang yang belalu lalang pelan-pelan mulai berkurang. Malam semakin larut, aku hanya bisa menangis dan akhirnya aku tak sadarkan diri.
******
"Adel... kamu sudah sadar?" ujar wanita paruh baya dihadapanku. Dia adalah mama angkatku.
"Kamu tadi malam di temukan nelayan dan tidak sadarkan diri. Ada apa?" tanyanya dengan nada yang lembut.
"Andre...Andre...," sebutku terbata-bata. (bersambung) (Dna)
Comments