SURABAYA - analisapost.com | Dalam rangka Acara hari lahir (Harlah) ke-99 Nahdlatul Ulama (NU), pada Sabtu 12 Maret 2022 di laksanakan Focus Group Discussion oleh PW NU Jawa Timur secara hybrid dari kantor PW NU Jawa Timur Jl. Masjid Al-Akbar denga tema Penyusunan Peta Jalan (Roadmap) Kemaritiman Di Jawa Timur: Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Agro-Mina-Wisata Berkelanjutan
Dalam perayaan harlah NU tahun 2022 ini mengusung tema “Merawat Jagat, Membangun Peradaban”. Dalam sambutan harlah NU ke 99 di NTT yang dipilih menjadi salah satu titik utama acara harlah yang diselenggarakan pada 5/2/2022, Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dalam sambutannya mengatakan, Indonesia memiliki peradaban dan karakter maritim dan untuk memperjuangkan masa depan harus tahu siapa diri kita, apa watak kita, apa karakter kita.
Menurut Gus Yahya, masyarakat maritim memiliki karakter dan filosofi yang kuat, sehingga dapat menjadi modal serta landasan dalam membangun peradaban Indonesia. Gus Yahya menuturkan, setidaknya terdapat tiga ciri khas masyarakat maritim, yakni berbaik sangka kepada Tuhan, berbaik sangka kepada manusia, dan berbaik sangka dan mengakrabi alam.
Selain itu dilandasi atas hasil Muktamar NU ke 30 Lirboyo Kediri, dimana para kyai menyoroti kekayaan Indonesia yang masih belum mampu digunakan semaksimal mungkin untuk kemakmuran anak bangsa.
Muktamar NU ke 30, memutuskan bahwa kekayaan Negara (termasuk ikan di dalam laut) yang dikelola Pemerintah dan DPR harus sejujur-jujurnya diperuntukkan perbaikan rakyat dengan memprioritaskan kaum fakir miskin apapun agama, warna kulit maupun sukunya.
Dalam Muktamar NU ke 31 di Solo, NU telah merumuskan Kedaulatan dan Kekuasaan Negara atas laut Indonesia sebagai pintu masuk optimalisasi kekayaan ikan di perairan laut Indonesia untuk kemakmuran.
Kompleksitas permasalahan pembangunan kelautan dan kemaritiman menjadi tantangan dalam mewujudkan pebangunan yang berkesejahteraan dan berkeadilan. Akibat dari rendahnya kualitas SDM perikanan menyebabkan kegiatan usaha kelautan perikanan di Indonesia sebagian besar belum optimal, efisien dan produktif sehingga baik langsung maupun tidak langsung hal tersebut akan memberikan dampak terhadap, daya saing produk yang dihasilkan.
Degradasi fisik ekosistem pesisir (mangroves, terumbu karang, padang lamun, dan estuari) yang merupakan spawning ground, nursery ground, dan feeding ground sebagian besar ikan dan biota laut lainnya. Ketimpangan dalam pembangunan, dimana Indonesia menduduki peringkat ke-4 sebagai negara dengan tingkat kesenjangan ekonomi terburuk di dunia berdasar laporan Statistika tahun 2012.
Nahdlatul Ulama sebagai jamiyah diniyah dengan jamaah mayoritas penduduk Indonesia yang memiliki track record membela Bangsa Indonesia sejak berdirinya sebelum Indonesia Merdeka merupakan potensi besar sebagai SDM, sebagai penyangga budaya Nusantara, dan pembela NKRI.
Pemberdayaan masyarakat penduduk miskin warga NU yang sebagian besar tinggal dikawasan pesisir dan desa sebuah upaya nyata dalam mewujudkkan tujuan pembangunan Indonesia yang juga sesuai dengan tujuan pembangunan global berkelanjutan. (SDGs). Hal ini selaras dengan visi BKNU wilayah Jawa Timur yakni, Mewujudkan Kemaritiman untuk Kesejahteraan dan Kemaslahatan Umat.
Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Peta Jalan (Roadmap) Kemaritiman Di Jawa Timur: Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Agro-Mina-Wisata Berkelanjutan bertujuan sebagai wahana diskusi dan tukar pikiran dengan melibatkan para actor dalam pentahelix dalam rangka menjaring masukan dalam penyusunan peta jalan pembangunan kemaritiman di Jawa Timur khususnya dan nasional secara umum, serta secara khusus dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan warga Nahdhiyin.
Sedangkan hasil yang diharapkan dari FGD ini adalah adanya usulan rekomendasi dari BKNU Jawa Timur dalam Penyusunan Peta Jalan Kemaritiman di Jawa Timur, dalam tujuan mewujudkan kesejahteraan dan kemaslahatan umat yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Acara FGD diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan mars Yalal Wathon dilanjutkan dengan doa iftitah tawasul oleh KH. Jazuli Noor Syuriah PW NU dari Bangkalan Madura, sambutan oleh ketua Harlah NU ke 99 PW NU Jatim Prof. Abdul A’la mnekankan bahwa laut dan selat bukanlah menjadi pemisah tapi sebagai penghubung antar pulau-pulau di Indonesia.
Prof A’la menekankan bahwa kemaritiman merupakan garda terdepan menjaga keutuhan NKRI. Sangat tepat tema maritime mejadi topic pada FGD Harlah ke 99 NU saat ini mengingat Indonesia sebagai Negara kepulauan dan kemaritiman sebagai karakter khas Nusantara.
KH Drs Marzuki Mustamar, MAg, menyampaikan dalam pembukaan FGD bahwa diperlukan pemberdayaan masyarakat pesisir terus menerus untuk diupayakan dan digaungkan dalam memaksimalkan potensi dan menanggulangi dampak-dampak negative. Swasta perlu diberi kesempatan dengan regulasi yang jelas dan yang melindungi nelayan tradisional serta perlindungan terhadap lingkungan dari kerusakan.
.
Diskusi FGD dipandu oleh moderator Dr. Zaenal Abidin, Staff ahli BKNU wilayah Jawa Timur.
Gubernur Jawa Timur, Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa, M.Si, yang diwakili oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur ibu Dr.Ir. Diah Wahyu Ermawati, M.A. sebagai keynote speaker dalam FGD Peta Jalan Kemaritiman NU: Menyusun Jalan Tapak Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Jawa Timur Berbasis Agro Mina Wisata Berkelanjutan menyampaikan, bahwa Gubernur Jawa Timur sangat mendukung dan berkomitmen untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, terutama komitmen membangun tol laut, dan membangun keseimbangan logistik antar pulau.
Gubernur berharap bahwa pengawasan berbasis masyarakat bisa terwujud di Jawa Timur seperti halnya di Jepang. Menurut Gubernur Jawa Timur isue-isue strategis tahun 2022 di Jawa Timur meliputi: belum tercukupinya tenaga kerja yang terampil dan berkualitas untuk kebutuhan industri berteknologi tinggi, ketertinggalan infrastruktur di wilayah selatan dan kepulauan Provinsi Jawa Timur, tingginya tingkat kemiskinan perdesaan dan tingginya AKI, AKB, stunting, penyakit menular dan tidak menular lainnya. Pemberdayaan nelayan Jawa Timur merupakan focus program Diskanla Jatim dan Jawa Timur sekarang merupakan exporter undang tertinggi secara nasional.
Rektor Universitas Trunojoyo Madura, Dr. Drs.Ec. Muh. Syarif, MSi, menyoroti masalah Arah Kebijakan Penelitian Kemaritiman Dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan terutama focus pada sektor garam, dimana produksi garam rakyat Madura selama ini telah menjadi unggulan Jawa Timur khususnya, dan nasional pada umumnya.
Rektor UTM Dr. Drs.Ec. Muh. Syarif, MSi, mengutip pernyataan Presiden Joko Widada pada perayaan Hari Maritim Nasional tahun 2021 di Jakarta, “Identitas Indonesia sebagai bangsa maritim harus segera kita pulihkan dan kokohkan, bukan lewat jargon-jargon kemaritiman semata, tapi melalui kerja nyata di berbagai bidang”.
Untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia maka dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui riset kemaritiman menempati posisi yang sangat strategis untuk mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, demikian ditekankan oleh Dr. Drs.Ec. Muh. Syarif, MSi, Rektor UTM.
Dr. Drs.Ec. Muh. Syarif, MSi, Rektor UTM, menekankan bahwa sesuai dengan unggulan Pulau Mdura yang terkenal dengan pulau garam, UTM telah menetapkan Penelitian Prioritas Garam Dalam Mendukung Kebijakan Pemerintah.
Hal ini didasarkan pada permasalahan nasional terhadap tingginya import garam per tahun yang hampir 3 juta ton dan rendahnya keterserapan garam rakyat, terutama petani garam di Madura. Disisi lain adanya potensi besar, yakni dengan adanya rencana kawasan industri halal di Madura, diestimasi Madura mampu menghasilkan 1.000.711 Ton per tahun garam beserta turunan produknya dengan potensi ekonomi sebesar Rp 2 Trilliun. Total Potensi Ekonomi konversi Garam Rakyat menjadi garam industri diperkirakan sebesar Rp 2,7 Trilliun per tahun.
Prof Dr. Mahmud Mustain, ketua BKNU wilayah Jawa Timur juga guru besar Departemen Teknik Kelautan FTK ITS Surabaya, menyoroti bahwa Jawa Timur memiliki Wilayah pesisisir, laut dan pulau-pulau kecil dengan potensi sumbedaya hayati, non-hayati, sumberdaya buatan dan jasa lingkungan kelautan serta sumber daya energy laut yang sangat besar, dan dapat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya jika dimanfaatkan secara optimal.
Ironisnya dari total 70% lebih dari 40 juta penduduk di Jawa Timur yang sebagian besar tinggal di kawasan pesisir yang umumnya warga NU, masih tergolong masyarakat miskin dan bahkan masih tergolong masyarakat dengan golongan miskin extrem.
Menurut Prof. Mahmud Mustain, banyak tantangan yang harus dihadapi dalam pemberdayaan dan pembangunan masyarakat pesisir seperti konflik pemanfaatan dan kepentingan, masalah degradasi sumberdaya alam, rendahnya kualitas SDM, kerentanan terhadap bencana alam dan kerusakan lingkungan dan lemahnya penegakan hukum. “Hal ini menjadikan marjinalisasi dan kemiskinan masyarakat pesisir, rendahnya animo generasi muda terhadap sektor kelautan dan maritim serta lunturnya budaya dan karakter bahari”, imbuh prof Mahmud Mustain.
Dalam menyusun peta jalan pemberdayaaan masyarakat pesisir di Jawa Timur, BKNU Wilayah Jatim mengusulkan program strategi sbb:
Focus kepada pengembangan SDM pesisir dalam rangka menyiapkan ekosistem inovasi dan pembangunan kemaritiman, dengan target generasi milenia.
gerakan literasi maritim bagi generasi muda di Jawa Timur perlu menjadi prioritas.
meningkatkan inovasi-inovasi berbasis budaya dalam memperkuat ekonomi kreatif sebagai ujung tombak transformasi ekonomi nasional di masa mendatang.
kerjasama dengan media.
mendorong konsepsi pentahelix, khususnya mendorong adanya affirmative policy yang memihak kepada usaha-usaha berbasis masyarakat.
H Ahmad Hakim Jayli MSi, CEO TV9 dalam FGD Peta Jalan Kemaritiman NU: Menyusun Jalan Tapak Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Jawa Timur Berbasis Agro Mina Wisata Berkelanjutan dalam Perspektif Media, menyatakan bahwa:
Pengololaan Sektor Kemaritiman harus berangkat dari pemanfaat sekaligus pelesteraian sumberdaya alam yang dilakukan secara adil, bertanggung jawab dan berorientasi pada kemaslahatan (maslahatul. Ammah).
Visi tersebut harus digerakkan oleh dorongan yang kuat dari semua pihak, dan pengejawantahan visi melalui kompetensi para pelaku serta adanya langkah pertama yang realistis, bermanfaat dan berkelanjutan.
Ikhtiar pengelolaan pesisir sebagaimana Usaha Agro Mina Wisata perlu dikelola melalui perencanaan bisnis yang matang dengam target finansial dan pasar/customer yang detail serta penyediaan layanan/produk bernilai tambah yang dibutuhkan khalayak luas (Wisatawan, agen, komunitas).
Media hadir dalam aspek promosi dan membangun branding melalui aktivitas AIDA (Awareness, Interest, Desire, Action) serta menemukan ciri beda/keunikan demi memenangkan kompetisi industri.
Perlu diciptakan adanya ekosistem bisnis sebagai sebuah sistem industri, sehingga ikhtiar pengelolaan usaha sektor maritim/pesisir punya daya dukung dari aspek usaha lainnya.
Dalam FGD ini juga hadir para nara sumber yakni:
Dr. Tri Chandra Aprianto, Assisten Staf Khusus Wapres RI Bidang Penanggulangan Kemiskinan, seta sebagai sekretaris Lembaga Pengembangan Pertanian PBNU menekankan perlunya upaya pemberdayaan dan pengetasan kemisinan extreme dengan 3 level yakni, lewat pesantren sebagai leading sector, masyarakat sebagai subect dan desa sebagai lembaga ekonomi.
Dr. Echwan Siswadi, CEO Aula Group NU Jatim, dalam pemberdayaan masyarakat pesisir Diperlukan action plan, commitment, sinergi dan pemberdayaan potensi yang ada. Aplikasi sudah banyakk tersedia yang diperlukan adalak kolaborasi dan koordinasi.
H. Muhamad Ihsan, Pengusaha nasional sukses exporter dan CEO di beberapa perusahaan export, telah berhasil dengan sukses mengembangkan budaya udang tambak yang sebelumnya merpakan daerah dengan ancaman pencemaran, abrasi dan banjir dengan usaha yang ulet dan kreatif dan tangguh serta tidak gampang menyerah. Diperlukan keserasian, sinergi, mobilisasi dan koordinasi serta pengawasan program sehingga terjadi orcetrasi, termasuk dalam sinergi di bidang riset yang disesuaikan dengan potensi regional
Sebagai langkah tindak lanjut dari FGD maka BKNU Wilayah Jawa Timur dalam waktu singkat akan melakukan tindak lanjut dalam mensinergikan dan mengkoordinasikan tersusunnya peta jalan yang adaptif sesuai konsep pentahelix dalam pemberdayaan masyarakat pesisir di Jawa Timur berbasis Agro-Mina- Wisata.(RJ)
Comments