top of page

Puja Mandala Simbol Toleransi Antar Umat Beragama di Pulau Dewata

Gambar penulis: analisapostanalisapost

Diperbarui: 2 hari yang lalu

SURABAYA - analisapost.com | Bali tidak hanya dikenal dengan keindahan alam serta budaya. Tetapi pulau Dewata juga mampu menyuguhkan wisata religius seperti Puja Mandala. Sebuah kawasan yang terletak di Desa Kampial, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan tepatnya Jl. Raya Kurusetra, Kabupaten Badung, menjadi bukti nyata keberagaman dan toleransi di Pulau Dewata.

Kawasan ini menjadi rumah bagi lima tempat ibadah dari lima agama yang berbeda
Kawasan ini menjadi rumah bagi lima tempat ibadah dari lima agama yang berbeda (Foto: Div)

Kawasan ini tak jauh dari komplek hotel Nusa Dua dengan berkendara selama 30 menit melintasi By pass I Gusti Ngurah Rai. Jika ingin lebih cepat bisa melewati Tol Mandara sejauh 12.7 kilometer merupakan tol diatas permukaan laut terpanjang di tanah air.


Puja Mandala menjadi rumah bagi lima tempat ibadah dari lima agama yang berbeda, yaitu Masjid Agung Ibnu Batutah, Gereja Katolik Bunda Maria Segala Bangsa, Gereja Kristen Protestan Bukit Doa, Pura Jagat Natha, dan Vihara Buddha Guna.


Hal yang paling menonjol dari Puja mandala adalah keberadaan lima tempat ibadah berdiri berdampingan dengan arsitektur dan ornamen khas sesuai dengan agama masing-masing.


Johannes Rollie, salah seorang umat Katolik yang aktif beribadah di Gereja Katolik Bunda Maria Segala Bangsa, mengungkapkan bahwa Puja Mandala adalah simbol nyata dari penghormatan terhadap keberagaman agama.


"Ini sebagai bentuk toleransi dan menghormati berbagai agama dari warga Bali, wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. Bahkan ketika ada kegiatan agama, kita saling membantu," ujar Johannes saat ditemui.


"Dengan lebih dari tujuh ribu umat yang beraktivitas di kawasan ini, mayoritas dari mereka adalah pendatang yang bekerja atau tinggal di Bali," terangnya kepada awak media AnalisaPost, Rabu (15/1/25).

Johannes Rollie, salah seorang umat Katolik yang aktif beribadah di Gereja Katolik Bunda Maria Segala Bangsa
Johannes Rollie, salah seorang umat Katolik yang aktif beribadah di Gereja Katolik Bunda Maria Segala Bangsa (Foto: Div)

Sejarah Singkat Pura Mandala


Puja Mandala dibangun pada era pemerintahan Presiden Soeharto sebagai bentuk dukungan terhadap pluralisme dan kerukunan beragama di Indonesia. Kawasan ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga simbol persatuan di tengah keberagaman budaya dan agama di Bali.


Pembangunan Puja Mandala dimulai pada tahun 1994 dan selesai pada tahun 1997. Keberadaannya menjadi pengingat bahwa kehidupan harmonis dapat terwujud ketika masyarakat saling mendukung meskipun memiliki keyakinan yang berbeda.


Tidak mengherankan jika Puja Mandala sering menjadi destinasi wisata religius bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Keindahan arsitektur yang berpadu dengan harmoni dari lima rumah ibadah di dalamnya menjadi daya tarik yang unik. Kawasan ini sekaligus mengajarkan pentingnya hidup berdampingan dalam keberagaman.


Puja Mandala memberikan pesan bahwa toleransi bukan hanya sekadar slogan, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Di tengah dunia yang semakin beragam, Puja Mandala adalah bukti bahwa keberagaman bukanlah penghalang, melainkan kekuatan yang dapat menyatukan masyarakat. (Dna/Che)


Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com

842 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Komentáre


bottom of page
analisa post 17.50 (0 menit yang lalu) kepada saya