SURABAYA - analisapost.com | Umat Hindu merayakan Hari Raya Galungan di Pura Agung Jagat Kirana, Jl. Ikan Lumba-lumba No 1 Perak Barat, Krembangan Surabaya, Rabu (25/9/2024) yang menandai kemenagan dharma (kebaikan) atas adharma (kejahatan).
Suasana penuh khidmat terlihat sejak pagi hari hingga dimana umat dari berbagai penjuru datang untuk bersembahyang di pura yang telah dihiasi penjor, tedung, serta ornamen sakral berwarna kuning dan putih, melambangkan kebaikan dan keburukan.
Antrean Panjang dan Puncak Kedatangan Umat
Dari pantauan awak media AnalisaPost, puncak kedatangan umat terjadi pada malam hari. Seperti yang disampaikan oleh salah satu Jero Mangku Pura Jagat Agung Krana, I Gusti Komang.
"Sejak pagi umat sudah berdatangan untuk persembahyangan dan jumlahnya diperkirakan terus meningkat hingga malam hari," terangnya.
Menurutnya jumlah umat yang hadir pagi tadi mencapai lebih dari 500 orang. Sementara pada sore hingga malam hari di prediksi akan melebihi 1000 orang.
Karena kapasitas pura yang terbatas, persembahyangan dibagi menjadi dua sesi, mulai pukul 09.00 hingga malam pukul 22.00 WIB.
Perayaan Galungan, Momentum Kedamaian di Tengah Pilkada.
Perayaan Galungan di Pura Agung Jagat Krana ini bukan hanya menjadi ajang ibadah, tetapi juga momentum untuk introspeksi diri dan menjaga persatuan di tengah suasana politik Pilkada Jawa Timur.
"Galungan kali ini menjadi momen yang tepat bagi seluruh calon pemimpin. Untuk itu kami doa bersama, agar bisa lebih dekat dengan masyarakat," ujar Jero Mangku. Ia berharap perayaan ini membawa kedamaian dan ketentraman, terutama di tahun politik.
Pengalaman Spiritual yang Berkesan bagi Umat
Bagi umat yang hadir, bersembahyang di Pura Agung Jagat Krana memberikan nuansa khusus.
Tata (29), seorang Mahasiswi ITS asal Tabanan mengungkapkan bahwa ia memilih pura ini untuk mendapatkan suasana spiritual yang berbeda pada Hari Raya Galungan di Surabaya.
"Semoga mendapatkan berkah, keselamatan, dan rejeki dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa," tuturnya.
Sementara itu, Wayan Sudra (39), warga di Denpasar, memilih bersembahyang di Pura Agung Jagat Krana karena dia bekerja di salah satu toko di Surabaya.
Ia berharap agar masyarakat dapat hidup tentram, terutama di tahun politik ini. "Siapa pun pemimpinnya, yang terpenting adalah keamanan dan ketentraman bagi masyarakat," katanya.
Makna Galungan
Sementara salah satu tokoh masyarakat, Agus Wardhana menjelaskan, Perayaan Suci Galungan yang dirayakan setiap 6 bulan sekali. Istimewanya adalah Galungan tidak mematok tanggal tertentu. Melainkan berdasarkan penghitungan hari, dan selalu dilaksanakan setiap Rabu Kliwon dalam Wuku Galungan.
"Hari Raya Galungan menjadi momen kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (ketidakbaikan). Perayaan ini mengajarkan nilai-nilai moral dan spiritual untuk melawan hawa nafsu dalam diri manusia, serta menciptakan kedamaian dan keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari," ucapnya.
"Sebelum Galungan ada Mencaru, yakni membersihkan Buana Alit dan Buana Agung. Buana alit itu diri kita sendiri dan Buana Agung itu alam semesta," jelasnya.
Sementara itu, sebagai simbol penghormatan, setiap rumah umat Hindu menghiasi penjor yang menjulang tinggi di depannya. Termasuk di Pura dengan jumlah lebih banyak.(Dna)
Dapatkan update berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari di analisapost.com
Kommentare