Menggali Ingatan Sang Aktivis Dalam Buku "Mencintai Munir"
- analisapost
- 29 Nov 2022
- 2 menit membaca
Diperbarui: 4 Des 2022
SURABAYA - analisapost.com | Siapa yang tak kenal mendiang Munir Said Thalib, Munir atau yang akrab disapa Cak Munir aktivis HAM kelahiran Surabaya. Sebagai aktivis HAM, Munir banyak terlibat dalam kasus pengawalan pelanggaran HAM di Indonesia. Peristiwa terbunuhnya yang terjadi 7 September 2004 meninggal di pesawat Garuda dengan nomor GA-974 ketika menuju Amsterdam untuk melanjutkan kuliah pascasarjana masih berbekas dalam ingatan semua orang yang mengenalnya.

18 tahun lebih 3 bulan berlalu sejak Munir meninggal diracun dalam perjalanan ke Belanda ketika arsenik merenggut nyawanya. Proses pengadilan pembunuhan sangat alot cenderung menutup-nutupi pengungkapan fakta.
Kasus Munir sampai detik ini belum tuntas. Dalang atau otak pembunuhan masih bebas berkeliaran. Presiden Jokowi sejak 2014 terpilih menjadi Presiden RI, tidak pernah tuntas memahami kasus Munir hanya menjanjikan akan menyelesaikan tapi kenyataannya hanya sekedar janji.
Sayangnya, Negara yang berpedoman pada Pancasila, Sila ke-2 "Kemanusiaan yang adil dan beradab" dan sila ke-5 "Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia" tidak di terapkan dalam kasus ini. Desakan dan teriakan tak terdengar. Semuanya pemangku kebijakan diam seribu bahasa.
Seperti yang telah disampaikan oleh Suciwati istri almarhum, ketika Bedah buku di Prapen Kopi Surabaya dihadiri oleh kalangan mahasiswa.(28/11/22). Menurut Institut Forensik Belanda (NFI) menyatakan Munir meninggal akibat racun arsenik dengan jumlah dosis yang fatal.
Suciwati ingin menyampaikan sesuatu melalui buku Mencintai Munir butuh waktu panjang. Perjuangan Munir sampai sekarang masih di kenang. Suciwati istri (alm.) Munir Said Thalib mengatakan, dalam buku yang berjudul Mencintai Munir, dirinya ingin memperkenalkan lebih dalam tentang sosok pejuang HAM yang sederhana tersebut kepada para pembaca. Sosok Munir sudah melakukan berbagai kasus di antaranya Marsinah.
Buku ini jauh dari kehendak mengkultuskan Munir. Ini hanya catatan tentang figur Munir di mata istri dan anak anak. Banyak tantangan untuk mengatasi kesedihan, kehilangan, dan ketidakadilan.
"Saya mengingat dia di ruang kosong. Saya ingin menuliskan sosok Munir dengan lengkap. Pelaku selalu mendiskridiktkan Cak Munir sebagai antek asing karena tidak senang. Motivasi saya menulis karena banyak disinformasi," kata Suciwati di acara itu.
"Keyakinan dan harapan selalu ada meskipun Jokowi mengikari janji. Harapan terbesar mendorong kasus ini bisa menjadi pelanggaran HAM berat." Harapnya yang di sampaikan kepada awak media Analisa Post.
Dalam diskusi menghadirkan Naufal Widi Redaktur Jawa Pos, Suciwati istri Munir, Anis Hidayah Komisioner Komnas Ham, dan sebagai moderator Shafira Noor Adina dari KontraS Surabaya
Perlu diketahui, Bjorka, hecker yang berhasil mencuri data-data rahasia pemerintah yang tidak hidup di jamannya Munir saja bisa membongkar dalang kematian Munir yang selama bertahun-tahun menjadi misteri?
Tetapi mengapa pemerintahaan di era reformasi sangat alot. Harapan untuk lebih terbuka mengalami kesulitan. Sehingga Kasusnya menjadi terkatung-katung dan belum tuntas sampai sekarang.
Upaya pengungkapan siapa aktor pembunuhan pengiat HAM Munir, dikawatirkan akan kadaluarsa. Sesuai KUHP, tuntutan perkara dengan ancaman hukum pidana mati atau penjara seumur hidup akan kadaluarsa 18 tahun.
Pastinya masyarakat menanti keberanian dari pemerintah untuk mengungkap dalang pembunuhan Munir.(Che/Dna)
Dapatkan Update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari analisapost.com
Comments