Sidoarjo, Analisa Post | Melihat dari sisi lain mengenai sejarah melalui Ruang Masa Lalu, ternyata sangatlah menarik. Kisah sejarah perkembagan Islam di Jawa dan Sidoarjo pada abad XII - XX jika di kupas lebih mendalam, sangatlah indah.
Budaya dan peradaban itu tidak pernah lepas. Dimana untuk mengetahui sejarah bisa diketahui peradaban. Oleh karena itu sangat dibutuhkan waktu untuk mengetahui peninggalan dari berbagai kerajaan.
Prakiraan masuknya Islam di Jawa Timur tidak lepas dari ditemukannya makam dan petilasan juga ditemukan sejumlah makam Islam di kompleks pemakaman Kerajaan Majapahit.
Keberadaan komunitas muslim pertama di Jawa bagian timur bisa di lihat dari Komunitas muslim terdiri dari tiga kelompok. Penduduk muslim yang dari barat, komunitas Cina yang memeluk islam, dan penduduk pribumi yang menduduki pemukiman bernuansa islam. yang sebenarnya hasil pengaruh dari kebudayaan orang Eropa yang datang ke Nusantara.
Berdasarkan sejarah dan naskah-naskah
"Untuk menjadi jawa kamu harus menjadi islam" kalimat ini disampaikan melalui Video konfrens saat Rumah Budaya Malik Ibrahim 39 mengadakan kegiatan dalam acara program berbagi cerita sejarah.
Dijaman Majapahit ternyata ada keterlibatan orang-orang Cina. Mereka memiliki hak istimewa boleh beribadah. Ada keterlibatan orang-orang Cina dengan pernikahan.
Jika meneropong masa lalu sejarah Sidoarjo di lihat melalui nisan, berdasarkan kajian adalah dari sekian banyak pernelitian, mungkin yang jarang di perhatikan adalah tentang ke nisanan. Banyak tipe-tipe nisan yang ada di nusantara khususnya. Dalam hal ini bisa di Klasifikasi nisan ada 3 yaitu :
1. Ada yang berhubungan dengan gen seseorang. misalnya Mataram
2 Ada yang berpengaruh ideologis Contoh adalah Surya Majapahit
3. Tradisi jawa (Ada warisan nama, Namanya ngungah nama, Petilasan) contoh seperti Tradisi nisan di Sidoarjo yang berkaitan degan Walisongo yaitu Sekardadu.
Sesungguhnya jika berbicara nisan tidak saja berbicara tentang kematian tapi ada pesan-pesan yang penting. Seperti yang di sampaikan oleh nara sumber Mas Adrian Perkasa seorang Sejarawan Universitas Airlangga Surabaya dan Universitas Leiden Belanda. dan Mas M. Lutfi Ghozali - Penulis buku Nyarkub Menyulam Silam, Alumni Universitas Paramadina Jakarta, berdomisili di Sidoarjo.
Banyak masyarakat yang tidak sadar akan bentuk nisan. Berbagai macam bentuk nisan itu mempunyai makna tersendiri. Dan pastinya sudah jarang dijumpai. Itu merupakan bukti sejarah. (Dna)
Коментари