SURABAYA - analisapost.com | Rumah besar di Galaxy Bumi Permai Blok F5 no 2 Surabaya hari ini merayakan Natal pada tanggal 7 Januari 2024. Sekilas rumah tersebut tak jauh berbeda dengan rumah-rumah di kawasan Surabaya yang punya taman dan halaman.
Siapa sangka, itulah Gereja Ortodoks Rusia St. Iona Manchuria, tempat ibadah bagi umat Katolik Ortodoks Rusia di Surabaya.
Maklum, di depan gereja tidak ada papan penanda atau plang seperti yang umumnya di temukan di gereja-gereja. Di dalam ruang ibadah yang tak terlalu besar terdapat gambar-gambar yang di sebut ikon suci. Bukan hanya menampilkan Yesus kristus saja, melainkan juga bunda Maria dan para Santo Santa beserta kisahnya.
Hari ini, umat Ortodoks melaksanakan Liturgi Ilahi, sebuah ibadah wajib berisi doa-doa dan pujian. Mereka yang baru tiba lantas masuk tanpa alas kaki, di depan salib berdoa, kemudian mencium ikon.
Selama 2.5 jam umat melantunkan mazmur yang di pimpin oleh Romo Kirill Junan Siswaja dan koor dari Reader (pembaca doa). Romo sendiri berada di ruangan suci terpisah yang letaknya di balik altar.
Tampak sebuah pohon natal berdiri di sudut altar simbol menyambut kelahiran sang juruselamat. Hampir seluruh rangkaian ibadah dilakukan sambil berdiri tak ada kursi. Laki-laki di sisi kanan, sementara wanita yang mengenakan kerudung layaknya hijab di agama Islam berada sebelah kiri yang diikuti sekitar 50 orang.
Gereja atau Kapel Ortodoks Rusia St. Iona Manchuria memiliki cara tersendiri untuk mengingat kelahiran Yesus Kristus. Bukan dengan hingar bingar lagu atau perjamuan makan besar, tetapi dengan sikap yang mereka sebut penyangkalan diri selama 40 hari sebelum Natal.
Usai ibadah, umat berbaris mencium kitab dan salib serta meminta berkat kepada Romo secara bergiliran yang di lanjutkan dengan acara ramah tamah.
Perbedaan ini ada dikarenakan umat Katolik Ortodoks mengunakan sistem penanggalan kalender lama yakni 25 Desember Julian, sama dengan 7 Januari Greorian. Jadi sistem penanggalan kalender lama Julian lebih lambat 13 hari dari kalender Gregorian
Meskipun berbeda dalam perayaan Natal, umat Katolik Ortodoks di Surabaya harus menjalankan keyakinan iman di tengah bermacam persepsi karena pakaian. Keimanan mereka tetap utuh sebagai penganut Ortodoks menganggapnya sebagai bagian dari kewajiban 'memikul salib'.
Imam Gereja Ortodoks Rusia St. Iona Manchuria, Romo Kirill Junan Siswaja mengatakan, "Perbedaan bukanlah satu hal diperbenturkan. Namun bagaimana bisa saling membangun," ucapnya kepada awak media AnalisaPost saat datang berkunjung ke gereja.
"Katolik Ortodoks dari Rusia ini menggunakan kalender lama yakni kalender Julianus sehingga ada perbedaan 13 hari. Meskipun umat disini tidak banyak tetapi kami tetap melakukan ibadah bahkan saat menjelang Natal, kami juga menjalankan puasa yang dilakukan selama 40 hari sebelum Natal untuk menyambut datangnya sang juruselamat," jelasnya.
Bagi Romo Kiril, masyarakat awam berhak menilai Ortodoks dari kacamata mereka. Namun dia sangat menghargai siapapun yang mau datang ke gereja dan berdiskusi untuk saling mengenal.
Banyak kalangan terutama di kelompok Kristiani menganggap ajaran mereka kuno karena sistem penanggalan itu ditinggalkan sebagian besar komunitas Eropa termasuk Katolik Roma sejak penerapan sistem penanggalan Gregorius tahun 1582.
"Di Ortodoks, memikul salib dan penyangkalan diri tidak hanya lewat omongan. Tapi bagaimana orang lain tidak perlu tahu saya sedang berpuasa, itu bentuk penyangkalan diri dan menyatu dengan Yesus," imbuh salah satu pengurus gereja.
Mengimani ajaran ortodoks bukan hal yang mudah. Walau memiliki cara ibadah dan beberapa perbedaan ajaran dengan lembaga gereja Kristen Protestan. Berdasarkan sejarah dan tradisi Katolik Ortodoks memiliki kedekatan dengan Katolik Roma. Mereka pun punya sejumlah kesamaan dalam beribadah. Namun terdapat banyak perbedaan dari keduanya.
Umat Ortodoks bahkan mempunyai ibadah atau sembayang yang merujuk pada Nabi Daniel 3 kali sehari dan Nabi Daud 7 kali sehari.
"Kami adalah Katolik tapi minoritas, tapi kami tetap berhubungan baik dengan beberapa gereja. Ajaran kristus adalah kasih. Jadi gereja Ortodoks Rusia ada di bawah Patriarkat Moskow," imbuhnya.
"Bagi yang tidak tahu tentang Ortodoks, mungkin binggungnya di bahasa karena kami menggunakan bahasa Rusia separuh dan menggunakan bahasa Yunani separuh dan untuk yang wanita menggunakan kerudung," ungkap wanita cantik ini kepada awak media AnalisaPost yang merupakan salah satu umat Katolik Ortodoks sambil tertawa.
Dari pantauan awak media AnalisaPost, pengetahuan yang minim tentang Katolik Ortodoks perlu di beritahukan ke masyarakat. Karena masyarakat sebagian besar hanya mengetahui tentang Kristen Protestan dan Katolik Roma tanpa mengetahui ada berbagai ekspresi iman dalam kekristenan. Meski begitu, secara umum ibadah mereka sama. Yang membedakan adalah pengaruh budaya di masing-masing wilayah. (Dna/Che)
Dapatkan berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari dan ikuti berita terbaru analisapost.com di Google News klik link ini jangan lupa di follow.
Comments