DENPASAR - analisapost.com | Umat Hindu di Indonesia akan merayakan Hari Raya Nyepi Tahun Bru Caka 1946 pada 11 Maret 2024 bersamaan dengan bulan Ramadhan dan shalat tarawih. Salah satu prosesi menjelang Nyepi adalah pawai ogoh-ogoh digelar di Puputan Badung pada malam pengerupukan atau sehari sebelum Nyepi, Minggu (10/3/24).
Makna Pawai Ogoh-ogoh Menjelang Nyepi
Ogoh-ogoh merupakan karya seni berupa patung atau boneka yang terbuat dari bambu, kertas dan material lainnya. Ogoh-ogoh di visualkan bertubuh besar, kuku panjang, dan berwajah seram.
Ogoh-ogoh umumnya berwujud sosok Bhuta Kala atau raksasa yang diarak keliling desa saat malam pengerupukan bertujuan menyerap energi-energi negatif di sekitarnya yang diawali dengan prosesi tawur Agung Kesanga.
Pelaksanaan Tawur Agung Kesanga
Biasanya dilakukan pada siang hari dan ogoh-ogoh diarak pada sore hari atau sandikala hingga malam hari. Setelah diarak keliling desa, ogoh-ogoh kemudian dibakar atau di pralina.
Hal ini bertujuan sebagi upaya memusnahkan kejahatan yang disimbolkan dengan Bhuta Kala di muka bumi. Keesokan harinya masyarakat umat Hindu merayakan tahun baru caka atau Hari Raya Nyepi dengan keheningan dan melaksanakan Catur Brata Penyepian atau 4 larangan yang wajib dilakukan selama 24 jam yakni:
Amati Geni: dilarang menyalakan api/lampu termasuk nafsu yang mengandung makna pengendalian diri dari segala bentuk angkara murka.
Amati Karya: dilarang melakukan aktivitas atau kegiatan fisik /kerja selain kegiatan rohani untuk penyucian diri.
Amati Lelungan: dilarang bepergian ke luar rumah. Umat wajib intropeksi diri dengan memusatkan pikiran astiti bhakti (berdoa) kepada Ida Snag Hyang Widi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) bagi yang ingin berpuasa selama 24 jam dan yang belum bisa melakukan puasa tetap toleransi dengan mengikuti Catur Berata Penyepian.
Amati Lelanguan: dilarang mengadakan hiburan/rekreasi yang bertujuan untuk mencapai bersenang-senang.
Dengan adanya Catur Brata Penyepian, seluruh kegiatan mulai dari layanan data seluler di HP hingga mesin ATM di hentikan untuk menghormati Hari Raya Nyepi. Namun untuk kepentingan umum rumah sakit, kantor kepolisian, militer, BPBD, BMKG, BASARNAS, pemadam kebakaran dan sejenisnya tetap beroperasi.
Layanan telepon, dan internet fiber tetap dapat digunakan selama Nyepi dengan tujuan memudahkan masyarakat jika perlu mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan.
Toleransi Umat di Bulan Ramadhan dan Nyepi
Menurut Ifi wanita berhijab yang tinggal di Denpasar Bali sejak 2 tahun mengatakan ia sebagai umat Muslim tetap menghormati aturan dan tidak keberatan untuk mengikuti larangan yang ada di Bali karena Nyepi dilaksanakan satu tahun sekali dan hanya dilakukan dalam sehari, sementara bulan Ramadhan dilakukan selama 30 hari.
"Saya sebagai umat Muslim yang tinggal di Bali tentu harus mengikuti aturan yang ada, maka demi menghormati umat Hindu, seluruh penduduk non Hindu yang tinggal di Pulau Bali wajib mematikan semua lampu," ujarnya kepada awak media AnalisaPost.
"Harapannya semua umat bisa menjaga ketertiban, bisa toleransi karena negara kita negara Pancasila," tutupnya mengakhiri.
Hal yang sama juga di sampaikan oleh salah satu pecalang yang bertugas mengamankan arak-arakan ogoh-ogoh di Puputan Badung, I Gede Suwartika menyampaikan bahwa kegiatan ogoh-ogoh ini tujuannya bukan semata-mata menjadi objek wisata.
"Ogoh-ogoh ini adalah rangkaian dari Nyepi bertujuan untuk mengusir Bhuta Kala dari lingkungan rumah. Ini juga merupakan betuk penyucian diri atas unsur-unsur jahat yang ada pada diri manusia mulai dari keluarga, banjar, desa, kecamatan dan seterusnya. Dengan adanya turis yang datang untuk melihat, itu bonus. Intinya ogoh-ogoh itu tujuannya untuk menyerap energi-energi negatif," ceritanya.
"Terkait Ramadhan yang jatuh bersamaan dengan Nyepi, umat Muslim saat melaksanakan puasa Ramadhan dan shalat tarawih dapat dilaksanakan pada masjid atau musala dengan berjalan kaki dan tidak bergerombol serta tidak menggunakan pengeras suara yang dibantu keamanannya oleh pecalang dan pelaksanaan sahur serta buka puasa dilaksanakan di rumah masing-masing," jelasnya.
Tujuan Nyepi
Yaitu memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta) yang direalisasikan melalui rangkaian upacara.
Melalui perayaan Nyepi, umat hindu diajak untuk Mulat Sarira (kembali ke jati diri) sehingga terwujudnya keharmoinisan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan. Ini merupakan dialog spiritual yang dilakukan umat hindu agar kehidupan ini selalu seimbang dan harmonis sehingga ketenangan dan kedamaian hidup dapat terwujud.
Jadi Nyepi di Bali bukanlah perayaan biasa, tetapi merupakan kesempatan untuk memahami makna mendalam dari ketenangan diri terlepas dari agama dan kepercayaan yang dianut (Dna)
Dapatkan berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari dan ikuti berita terbaru analisapost.com di Google News klik link ini jangan lupa di follow.
Comentarios