NTT - analisapost.com | Santriwati di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Aziziyah, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), bernama Nurul Izati, meninggal dunia di RSUD Soejono Selong. Perempuan berusia 14 tahun itu diduga dianiaya menggunakan balok kayu oleh sesama santri di ponpes tersebut.
Ibu Nurul, yakni Raodah (50) alamat rumah duka di Jln. Gajah Mada, Lingkungan Karara-Kelurahan Rukun Lima-Ende Selatan mengungkapkan kepada media ini bahwa anaknya sempat minta pulang ke kampung halamannya di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia tak menyangka kondisi Nurul justru terbaring kritis di RSUD Soejono Selong, Lombok Timur.
"Baru kemarin ada keluarga di Lombok Timur cerita kalau Nurul sakit. Tapi bilang orang asrama mereka baik-baik saja," kata Raodah lirih saat ditemui di Mataram, Sabtu (29/6/2024).
Raodah datang menjenguk anaknya naik kapal dari Kabupaten Ende dan tiba di Pulau Lombok pada Jumat (28/6/2024) sore. Raodah rela bermalam di atas kapal untuk melihat kondisi anaknya yang sedang kritis di RSUD Soejono Selong, Lombok Timur.
Menurut Raodah, tubuh Nurul dipasangi pompa oleh dokter di ruang ICU RSUD Soejono Selong. "Saya lihat dia dipompa jantungnya. Saya tidak sanggup," ibu Raodah.
Raodah sempat mengajak Nurul berkomunikasi sebelum meninggal dunia pada Sabtu pagi tadi. Air mata Raodah mengucur saat melihat putrinya itu dipasangi alat bantu pernapasan.
"Saya sempat ajak berkomunikasi, dia tidak ada respons. Hanya mendengar suara napas," ibunya.
Raodah tidak menyangka anaknya mengalami sakit yang begitu parah. Ia pun menyesalkan kekerasan yang diduga dialami anaknya selama di ponpes.
Diceritakan Raodah sebelumnya belum pernah pihak keluarga mendapatkan kabar bahwa anaknya sakit namun setiap berbicara via telepon, Nurul selalu minta pulang.
"Dia selalu minta pulang setiap kali telepon. Sebelum koma, Nurul ngaku pernah dipukul tiga orang. Siapa dan di mana itu tidak tahu," tutur Raodiah saat ditemui di RS Bhayangkara Polda NTB.
Saat ini, Raodah dan tiga anggota keluarganya masih menunggu proses autopsi terhadap jenazah Nurul di RS Bhayangkara Kota Mataram. Hingga pukul 14.00 Wita, tak satu pun pengurus ponpes yang datang menjenguk santriwati itu.
Yan Mangandar, kuasa hukum Nurul Izzati, meminta agar kasus dugaan pemukulan kepada anak semata wayang Raodah itu diusut tuntas. Dia berharap pengelola ponpes tidak tutup mata terhadap kasus kekerasan tersebut.
"Kekerasan di ponpes hari ini benar adanya. Nggak usah ditutup-tutupi lagi," tandas Yan.
Nurul diduga menjadi korban penganiayaan temannya pakai balok dan sajadah. Ia meninggal dunia setelah kritis 16 hari dan dirawat di ruangan ICU RSUD Soejono, pagi tadi. ( Jemsnere).
Comments