SURABAYA - analisapost.com | Rex Jeremia Winarno berprofesi sebagai pendeta dengan kisah yang unik dan penuh misteri. Siapa sangka pria muda ini 14 tahun yang silam dia adalah bandar narkoba.
Cukup lama Rex tenggelam dalam dunia hitam perdagangan narkoba. Ia menjadi bandar sabu di Makassar sejak 1994 hingga 2008. Gara-gara ulahnya ia pernah masuk bui. Tahun 2014 Rex mengalami titik kehidupan dengan meninggalkan pekerjaan yang terlarang dan bertobat.
Rex tak menjelaskan alasan apa yang memicu hingga di dapuk menjadi seorang pendeta. "Tidak ada yang istimewa semua lahir, tumbuh dan mati. Setiap manusia mengalaminya agama apapun. Semua orang mempunyai bingkai cerita kehidupan berbeda-beda. Justru kebahagiaan itu terasa nyata saat bisa membantu orang yang membutuhkan. Enggak perlu ngomong agama kita semua sama kok," ucapnya.
Jejak Anak Gembala
Tahun 2019 puncak pencerahaannya. Ia bersama istri, Regina Kasegar pindah dari Kota Daeng ke Surabaya dan tinggal di perumahan Dian Istana G8, Gunungsari. Mereka memiliki visi hidup dimana mereka bisa menjadi bermanfaat bagi sesama.
Rex dan istri membuat dapur umum awalnya ingin membantu tetangga kiri kanan yang membutuhkan. Mereka memasak awalnya 10 bungkus saja. Kemudian tiap hari bertambah dari 10 menjadi 20 lalu 50, sampai 100 bungkus. Begitu seterusnya hingga berjalan dua tahun, lalu pandemi tiba.
Ia sedih menyaksikan banyak orang kesusahan akhirnya bantuanpun diperbesar."Sejak Pandemi Covid-19 saya melayani warga sekitar. Melihat anak-anak kecil sudah menjadi yatim piatu, hati saya sesak dan prihatin. Karena itulah saya dan istri, Regina Kaseger bergerak dan membantu dengan membagikan makanan kepada orang-orang yang membutuhkan," ujarnya.
Ketika varian Delta membuat warga tak bisa bergerak karena PPKM darurat Rex menyampaikan kepada warga bahwa Dapur Umum Surabaya siap dihubungi kapanpun.
"Tinggal hubungi saya, kami akan antar makanannya secara gratis. Saya jamin tidak ada biaya," ceritanya sambil tersenyum saat mengenang masa-masa dimana banyak pasien yang harus menjalani isolasi mandiri, Pendeta Rex dan istrinya pun mulai memasak sampai 3000 porsi perhari.
Menariknya untuk memenuhi kebutuhan masak, dia terpaksa harus menjual sejumlah perhiasan emas kemudian dana itu dipakai untuk memenuhi semua kebutuhan demi membantu sesama.
"Semua biaya murni dari kami. Untuk melakukan kemanusiaan, kami tidak bisa sendirian. Ada relawan dan orang dermawan yang membantu. Tiba-tiba datang bantuan sembako dan masih banyak lagi. Itu semua berasal dari tangan-tangan Tuhan. Dengan terus berbuat baik, iman kita semakin kuat," tawanya.
Pria yang murah senyum itu tak pernah kawatir dan cemas. Ia tak pernah berhitung berapa biaya yang telah di keluarkan untuk kegiatan sukarela. Ia menyadari bahwa perasaan kurang itulah yang pernah membuat dirinya terjerembab ke dunia hitam dimasa lalu.
"Kami bergerak tak hanya saat pandemi, sampai sekarang pun meski pandemi dibilang sedikit mereda, aktivitas kemanusiaan di empat dapur umum yang memproduksi nasi bungkus gratis tetap beroperasi. Melalui Dapur Umum Surabaya juga kami menggelar pasar rakyat," ungkapnya pria muda yang kini berusia 41 tahun.
Banyaknya warga yang kurang mampu, Rex menambah kegiatan amal kemanusiaannya yakni bagi-bagi sembako dan yang terbaru adalah membuat pasar rakyat terutama saat menjelang hari raya besar dimana semua harga sembako melonjak.
"Saat duduk santai dan minum kopi, saya berpikir, menjelang Natal, apa yang harus saya lakukan. Akhirnya setelah saya berdoa timbul lah ide membuat pasar murah secara lengkap dan tidak hanya menjual kebutuhan pokok tapi ada sandal, lampu, baju layak pakai dengan harga yang sangat terjangkau hingga potong rambut geratis. Untuk menambah dana, cincin kawin saya jual," cerita pendeta Rex Winarno sambil tertawa menunjukkan jari manisnya.
Atas kiprahnya Pendeta Rex sudah membuka empat cabang dapur umum selain di kediamannya di Dian Istana yakni Kenjeran, kawasan pemakaman Kembang Kuning, dan Tandes.
"Kami tidak mengharapkan pamrih saat memberikan bantuan kepada mereka. Kami tidak mengenal dari agama Hindu, Budha, Konghuchu, Kristen/Protestan, Khatolik dan Islam. Sampai Ateispun kami layani selama membutuhkan silahkan," ungkap pria sederhana ini kepada awak media AnalisaPost
"Semua ini dilakukan karena kemurahan Tuhan makanya bisa terlaksana. Tuhan kirim orang-orang yang baik hati dan melibatkan semua teman-teman untuk bergandengan tangan. Pesan saya cuma satu Surabaya harus bersatu jauhkan sebuah perbedaan.
Salah satu alasan Tuhan menciptakan manusia dibumi tujuannya agar dapat saling membantu satu sama lain. Firman Tuhan mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang peka dalam melihat kebutuhan orang lain.
Seperti yang tertulis dalam salah satu ayat di Alkitab Lukas 12:33 "Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di surga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat."
Semoga kisah pendeta Rex Jermia Winarno bisa menjadi contoh dan diambil hikmahnya. Ketika mempunyai rasa kasih, berkarya tanpa pernah ada perbedaan semua melebur menjadi satu demi kepentingan bersama.(Dna/Che)
Dapatkan berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari dan ikuti berita terbaru analisapost.com di Google News klik link ini jangan lupa di follow.
Comments