top of page

Gereja Katolik Santo Yakobus Surabaya Gelar Diskusi Lintas Iman tentang Puasa

Gambar penulis: analisapostanalisapost

Diperbarui: 4 menit yang lalu

SURABAYA - analisapost.com | Gereja Katolik St.Yakobus Surabaya Jl. Puri Widya Kencana LL No 1, Surabaya menyelenggarakan diskusi lintas iman dengan tema "Puasa dalam Perspektif Antar Agama & Kepercayaan" pada Selasa (11/3/25). Kegiatan ini menghadirkan pemuka agama dari berbagai latar belakang kepercayaan untuk berbagi pandangan mengenai makna dan praktik puasa dalam tradisi mereka.

Gereja Katolik Santo Yakobus Surabaya Gelar Diskusi Lintas Iman tentang Puasa
Gereja Katolik Santo Yakobus Surabaya Gelar Diskusi Lintas Iman tentang Puasa (Foto: Div)

Diskusi ini dihadiri oleh sejumlah narasumber, antara lain Winarno, S.Ag dari Pura Kertabumi, P.Md Ajar Katono, S.Pd dari Vihara Damma Jaya, Dominikus Defrianto, S.S dari Gereja Katolik Santo Yakobus, H. Nur Wahib, S.H., S.Pd., M.M. sebagai perwakilan Islam, serta Dian Jeany Tjahyawati dari Penghayat Kerohanian Sapta Dharma.


Dalam perbincangan tersebut, masing-masing narasumber memaparkan konsep serta makna puasa menurut kepercayaan mereka terutama bagi umat Islam dan Katolik yang tengah menjalankan ibadah puasa di bulan yang sama.


Romo Fransiskus Xaverius Gunawan, saat di temui awak media AnalisaPost terkait kegiatan yang diadakan menjelaskan bahwa dalam ajaran Katolik, puasa dilakukan selama masa Pra-Paskah yang berlangsung selama 40 hari, dimulai dari Rabu Abu hingga Jumat Agung.


"Puasa bukan sekadar menahan diri dari makanan, tetapi juga merupakan bentuk pertobatan dan solidaritas dengan sesama. Meskipun agama berbeda, kita memiliki tujuan yang sama, yaitu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa," ucapnya.

Romo Fransiskus Xaverius Gunawan dari Gereja Katolik St.Yakobus Surabaya
Romo Fransiskus Xaverius Gunawan dari Gereja Katolik St.Yakobus Surabaya (Foto: Div)

"Contoh saat puasa, meskipun terdapat perbedaan dalam cara berpuasa, makna utama puasa tetaplah menahan hawa nafsu, kemarahan, dan kemalasan untuk mencapai kesucian. Saya sangat bahagia dengan adanya kegiatan ini. Sebagai umat Katolik, berharap toleransi dan moderasi beragama benar-benar terwujud di Indonesia," ujar Romo Gunawan kepada awak media AnalisaPost.


Sementara H. Nur Wahib memaparkan saat diskusi bahwa puasa dalam Islam memiliki bertujuan untuk mengajarkan umat agar lebih memahami rasa lapar dan dahaga, sehingga menumbuhkan empati terhadap sesama.


"Dengan berpuasa, kita diajarkan untuk lebih menghormati dan berempati kepada mereka yang kurang beruntung. Oleh karena itu, dalam menjalankan puasa, hendaknya kita tetap ceria dan bersemangat tanpa menunjukkan wajah yang mengeluh," jelasnya.


Demikian halnya, P.Md Ajar Katono menerangkan bahwa dalam ajaran Buddha, puasa bertujuan untuk melatih disiplin batin dan melepaskan keterikatan duniawi.


"Ada delapan sila (Atthasila) yang wajib diperhatikan oleh umat Buddha dalam berpuasa, yakni menghindari pembunuhan, pencurian, hubungan seksual, ucapan tidak benar, hiburan, dan kemewahan," terangnya saat diskusi dimulai.

Dian Jeany Tjahyawati dari Penghayat Kerohanian Sapta Dharma.
Dian Jeany Tjahyawati dari Penghayat Kerohanian Sapta Dharma (Foto: Div)

Winarno dari Pura Kertabumi menambahkan bahwa puasa dalam Hindu dilakukan sebagai bentuk penyucian diri dan peningkatan kesadaran spiritual. Bentuk puasanya yaitu berdiam diri dengan melakukan 4 larangan (Catur Brata Penyepian) yang wajib ditaati.


"Contoh saat Hari Raya Nyepi selama 24 jam umat Hindu menjalankan puasa dengan menaati Catur Brata Penyepian yaitu Amati Geni (tidak menyalakan api), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (tidak bepergian), dan Amati Lelaguan (tidak bersenang-senang)," paparnya.


Di kesempatan yang sama, Dian Jeany Tjahyawati dari Sapta Dharma mengungkapkan bahwa puasa dalam kepercayaan mereka merupakan sarana untuk mencapai keseimbangan spiritual dan fisik.


"Dari Penghayat Kepercayaan terdapat dua jenis puasa, yaitu Mutih dan Wedal. Puasa Mutih hanya memperbolehkan konsumsi makanan berwarna putih seperti garam, nasi, dan singkong. Sedangkan puasa Wedal dilakukan sesuai hari lahir dengan tujuan untuk menahan hawa nafsu dan amarah," ungkapnya.


"Kegiatan ini sangat penting untuk mencerminkan wajah toleransi antar umat beragama. Kami sangat berterima kasih bisa turut serta dalam acara ini. Semoga moderasi beragama tidak hanya hadir di tingkat elit, tetapi juga menjadi contoh bagi masyarakat secara luas." tutupnya mengakhiri.


Dengan adanya diskusi lintas iman ini diharapkan dapat terus diadakan di masa mendatang untuk mempererat hubungan antar umat beragama serta menanamkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan bermasyarakat.


Oleh karena itu, perbedaan keyakinan seharusnya tidak lagi menjadi pemicu perselisihan, melainkan menjadi pemersatu dalam menjaga keharmonisan sosial. (Dna/Che)


Dapatkan berita pilihan serta informasi menarik lainnya setiap hari dan ikuti berita terbaru analisapost.com di Google News klik link ini jangan lupa di follow.

Commenti


bottom of page
analisa post 17.50 (0 menit yang lalu) kepada saya