Surabaya, Analisa Post | Untuk pertamakalinya setelah sertijab, Laksamana Pertama dr. Ahmad Samsulhadi, MARS, selaku Penanggungjawab RSLI menyapa rekan-rekan media dan memberikan keterangan pers terkait kondisi terkini Rumah Sakit Lapangan Indrapura Surabaya. Rabu (8/9/21)
Setelah resmi menerima tongkat estafet tanggungjawab RSLI dari Laksamana Pertama TNI dr. I Dewa Gede Nalendra Djaya Iswara, Sp.B., Sp. BTKV (K)pada 16 Agustus 2021 yang lalu, dr Samsulhadi langsung tancap gas mengkonsulidasikan seluruh potensi yang ada. Perwira tinggi TNI AL ini merupakan sosok yang tidak asing dalam tandem melanjutkan apa yang dilakukan dr. Nalendra, mulai dari Karumkital Dr. Mintoharjo Jakarta, Karumkital Dr. Ramelan Surabaya, Kepala Dinas Kesehatan TNI AL hingga sekarang sebagai Penangungjawab RSLI.
Dr. Samsulhadi didampingi Fauqa Arinil Aulia, Sp.PK. dan dr. Ni Kadek Ratna Dewi, Sp.J., (DPJP RSLI) menyampaikan update per jam 11.00 bahwa RSLI telah melayani total 10.274 pasien sejak awal beroperasi.
Sedangkan saat ini yang dirawat Alhadulillah ”hanya” 157 pasien. Mengapa dikatakan ”hanya” karena RSLI dalam satu hari pernah merawat 398 pasien pada bulan Juli dan inden (pasien antri) tertinggi saat itu 233 orang. Dari 157 pasien kelihatan banyak, dibandingkan beberapa rumah sakit sekarang yang rata-rata merawat sekitar puluhan orang saja, tetapi sebenarnya formasinya untuk pasien reguler atau umum/mandiri hanyalah 8 orang saja, sedangkan sisanya 149 orang adalah dari Pekerja Migran Indonesia (PMI).
PMI yang kebanyakan datang Hongkong, Brunei, Malaysia, Singapura, Taiwan dan lainnya, setelah positif PCR dikirim dan dirawat di RSLI. Angka BOR sekarang 38,3 persen, yakni dari kapasitas bed 410 yang terhuni sekarang 157 pasien.
Pernah BOR tertinggi pada bulan Juni sebesar hampir 98 persen. Untuk tingkat kesembuhan sekarang sebesar 98,34 persen, yakni total pasien sembuh sebanyak 9631 penyintas. Saat ini sudah tidak ada pasien inden.
Meskipun demikian, kami sedang mencermati pasien PMI, walaupun untuk pasien reguler/umu tidak begitu ada masalah. Untuk penanganan pasien PMI, kita sangat antisipasif, terutama kemungkinan varian baru muncul. Karena kami menemukan nilai CT Value 1,8 pada satu pasien, sampai saya tanya dan konfirmasi ke dr. Fauqa, ini nilai CT Valuenya 1,8 atau 18? Mohon swab PCR nya di ulang, karena pasien ini sudah dirawat 12 hari.
Setelah diulang, ternyata nilainya memang masih 1,8. Juga beberapa pasien PMI yang sudah 10 hari dirawat, tapi nilai CT Valuenya masih dibawah 15. “Ini fenomena baru dan masih kita tindak lanjuti. Karena fenomena yang aneh, saya sudah meminta dr. Fauqa untuk menindaklanjutinya.” Tutur dr. Samsulhadi.
Sesuai tupoksi RSLI yang sebenarnya hanya merawat pasien OTG dan pasien coviddengan gejala ringan, pada kondisi yang landai dan relaksasi ini, maka untuk pasien-pasien dengan nilai saturasi yang turun dibawah 90 ataupun dengn komorbid yang ada, kami lanjutkan dengan upaya merujuk pada RS Statis yangsiap, yakni RSUDDr Soetomo dan RSPAL dr Ramelan.
Untuk kondisi sekarang cukup mudah, krn sudah longgar. Angka covid turun. Kalau dulu sangat sulit karena semua penuh. Dalam sejarahnya, terutama saat serangan gelombang pertama dan kedua berlangsung, RSLI pernah merawat hingga 222 pasien covid-19 gejala sedang dan 80 pasien sengan gejala berat.
“Kita tidak boleh lengah. Covid ibarat siluman, kita ingat betul, akhir tahun melandai, awal tahun meledak, pada Januari-Pebruari. Kemudian melandai hingga Mei, namun kembali meledak pada Juni dan Juli. Juni kita sempat merawat 980 pasien dan Juli sebanyak 1082 pasien dan Agustus mulai turun pada angka 625 pasien.
Dibulan Juni itu pula kita sempat mendapati inden pasien reguler sebanyak 233 orang dalam satu hari. Masyarakat harus tetap menjalankan prrotokol kesehatan 6M dan semua pemangku kepentingan juga tetap menjalankan 3T hingganantinyapandemidinyatakan selesaioleh pemerintah.” pungkas dr. Samsulhadi.
Mengenai perkembangan varian baru covid-19, dr. Fauqa Arinil Aulia, Sp.PK. yangmerupakan Spesialis Patologi Klinis sekaligus DPJP RSLI memberikan paparannya. Yang perlu diwaspadai, seperti yang baru dirilis WHO, yaitu varian MU yang termasuk Varian of Interest (VoI).
Sekarang ini perkembangannya sudah melanda di 39 negara. Terhadap varian MU ini kita tidak perlu khawatir. Sebagai VoI sifatnya tidak berubah dari gejala klinis, perkembangan di penyakitnya, dan juga terapinya masih sama. Yang perlu kita waspadai adalah Varian of Concert (VoC), dan Varian of High Consequence (VoHC) yang sekarang memang belum ada.
Untuk VoC itu contohnya adalah Delta.Varian Delta kemarin termasuk VoC, seperti kita tahu kemarin sangat heboh, out breaknya luas dan mereka yang terinveksi Delta, nilai CT Valuenya rata-rata dibawah 25,dan ada yang extrim dibawah 5.
Sedangkan pada Varian MU masih termasuk VoI, karakteristiknya urutan dasar masih sama, tidak merubah sifat dasar virus. Jadi tidak perlu terlalu dirisaukan. Kita (RSLI) menangani pasien secara holistik, dan terus memonitor apakah pasien dengan CT Value rendah masuk varian baru lagi atau tidak.
Kita sudah tindaklanjuti dan mengirimkan 78 sampel untuk Whole Genome Sequencing (WGS) dengan tujuan untuk lebih detail mengetahui karakterisitik virus. DalamWGS genome virus diturunkan lagi, dan sampai saat ini kami masih menunggu hasil uji laboratoriumnya. Proses di EDC kampus C Unair. Hasil belum keluar, masih kita tunggu.
Fenomena yang ada di RSLI akhir-akhir ini memangkamimenemukan CT Value extrim, dan masih pada angka yang sangat rendah. Padahal teorinya, pada varian lain, progresnya baik, CT Value naik. Bahkan hari ke 13 sudah negatif. Sedangkan sekarang ini kok malah kebalikannya, minggu kedua seperti mulai kembali terserang, dengan indikasinilai CT Value yang masih rendah, di bawah 25 bahkan dibawah 5.
Apakah mengarah kevarian baru atau masih di varian Delta, tergantung hasil WGS nantinya. ”Kita tidak bisa berandai-andai, semua masih menunggu konfirmasi dari WGS daris sampel yang kita kirimkan.” Tegas dr. Fauqa.
Seperti diketahui, memasuki bulan ke-15 RSLI beroperasi, dengan kapasitas 410 bed,hingga kini telah menangani 10274 pasien, 9631 diantaranya berhasil disembuhkan, dengan tingkat kesembuhan sebesar 98,34persen.
RSLI setidaknya telah memberikan kontribusi kesembuhan nasional sebesar 0,27 persen, Jatim pada angka 2,59 persen serta Surabaya pada angka 16,32 persen. Kontribusi signifikan ini tentunya buah dari dedikasidan kerja keras para relawan kemanusian baik nakes maupun non nakes di RSLI yang tetap menerapkan konsep ”Be Happy” dengan monitoring ketat dan penangan secaraholistik.
“Kami bangga atas upaya semua personil RSLI berkontribusi melayani pasien sepenuh hati. Semoga Alloh SWT. memberikan perlindungan dan membalas serta meridhoi amal baik semuanya.” Pungkas dr. Samsulhadi.(Jadid/Dna)
Komentarze