SURABAYA - analisapost.com | Tim Misi Kebudayaan asal Surabaya bersama Fauzan Abdillah,S.Pd sebagai figuratif cultura promotor dan mediasi program director berkolaborasi dengan Studio Tydif Surabaya, berhasil membuat harum nama Indonesia di kancah Internasional dengan meraih predikat Grand Prix pada tanggal 11 Agustus 2023 dikompetisi Folklore Festival Prague, Czech Republic.
Fauzan Abdillah,S.Pd Dosen Luar Biasa Program Film & TV, Praktisi mengajar Kemendikbudristek RI mengkonsep program bertajuk Artureism (Art, Culture, Tourism) 2023 sebagai kebinekaan Global dan intitusi diplomasi budaya, tidak hanya mempromosikan budaya Indonesia namun juga beragam isu yang mengusung tema Woman Empowerment, embrace equity, urban Development, & Agent of Change through dance, music dan film dalam konvergensi media menuju Indonesia emas 2045 dan Society 5.0.
Even yang dilaksanakan pada tanggal 7-11 Agustus 2023 ini diselenggarakan oleh Lembaga Budaya European Association Folklore Fawiml di Prague, Czech Republic dibagi menjadi beberapa kategori perlombaan yaitu Folklore Dance dan Folklom music.
"Kegiatan ini diikuti oleh beberapa negara dari seluruh dunia dengan menampilkan berbagai performance dari negara masing-masing. Hal ini di inisiasi oleh Kementerian Luar Negeri, dimana Kemlu mempunyai program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) merupakan kegiatan rutin tahunan untuk menumbuhkan pemahaman masyarakat internasional terhadap Indonesia. Para peserta diajak belajar dan mendalami seni budaya Indonesia dengan mengajak peserta dari luar negeri untuk tinggal di sanggar dan Tydif menjadi patner official pilot project dari tahun 2010-2017 karena telah banyak menghasilkan tari kreasi daerah," ujar sineas muda ini kepada awak media AnalisaPost.
"Kita mendapat dukungan penuh dari Direktorat Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Selain dana pribadi, kami juga di suport oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI), Pelindo lewat terminal petikemas Surabaya, Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Ababbil Group Lamongan, Sekolah Indonesia Singapura dan Kintari Foundation Praha," jelasnya.
Tim dari Tydif menampilkan beberapa tarian yaitu Greget Pasar Turi asal Surabaya, Jebing Melate asal Madura dan tari Kampung Arek Bulak tari Suramadu asal Madura-Surabaya yang memiliki makna sangat kuat khususnya memperkenalkan Budaya Indonesia dalam kekuatan kemajemukan.
"Kami tampil dua kali di babak penyisihan dan babak grand final untuk kemudian dinobatkan sebagai juara umum dimana tarian yang kita tampilkan Greget Pasar Turi dan Jebing Melate kreasi Studio Tydif digarap oleh ibu Diaztriarni,M.Pd founder dan koreografer dari Tydif," ungkapnya, Minggu (3/9/23)
"Selain perform kami juga menggarap film tari berkolaborasi bersama penari asal Ceko dan workshop singkat tari kreasi daerah dan mencari dukungan terkait program paska kepulangan kami. Dengan adanya penghargaan tertinggi, harapannya tidak hanya dari sanggar saja berjuang, tetapi juga suport pemerintah kota," tutup pria ini. Penampilannya yang sederhana telah menggarap 25 film pendek dan tujuh film feature.
Hal yang sama juga disampaikan Diaztriarni,M.Pd, sebagai Founder dan koreografer menjelaskan, total siswa yang ikut 10 orang penari remaja asal Surabaya berjuang mengharumkan bangsa dalam acara diplomasi budaya, promosi pariwisata, parade nasional dan pagelaran seni budaya.
"Kami optimis misi seni budaya semakin semarak dengan pengalaman diplomasi, ekonomi budaya kreatif yang sangat berharga dan memberikan prestasi gemilang meskipun tahun ini dari keberangkatan hingga kami tiba kembali di tanah air, menggunakan dana pribadi tanpa adanya bantuan dari pemerintah kota mungkin itu dampak dari pandemi, kami tidak tau," papar wanita cantik yang juga sebagai Kepala Sekolah SDN Ketintang I Surabaya.
"Grand Prix adalah penghargaan tertinggi yang di raih oleh mereka meskipun dari pemerintah setempat tidak memberikan suport secara langsung, namun kami bisa meraih penghargaan ini adalah suatu kebanggaan,"ceritanya.
Ia menjelaskan kemenangan ini tidak lepas dari anak-anak yang berdedikasi tinggi saat latihan dengan kompetitor remaja dari berbagai negara yang sebelumnya mengikuti kualifikasi begitu ketat.
Dari 3 tarian yang dibawakan berhasil meloloskan 1 tari kreasi Greget Pasar Turi yang dibawakan oleh 10 penari remaja asal Surabaya yaitu
1. Rizqadifa Shaden (21 tahun) mahasiswi Unesa.
2. Amanda Salma Nabila Amelia (18 tahun) mahasiswi Unesa,
3. Fany Dwi Saputri (23 tahun) mahasiswi Ubaya.
4. Belva Hayu Aptanta,S.Pd (23 tahun) guru SD Kemala Bhayangkari I.
5. Alyaa Augusta Pramesti Susanto (17 tahun), siswi SMA Ta'Miriyah Surabaya.
6. Hyacintha Azzahra (14 tahun)
7. Tsany Verrice Ardiaz Athallah (14 tahun) siswi SMA Muhammadiyah 2 Surabaya.
8. Raina Faustina Mahagra (14 tahun) siswi SMAN 1 Waru Sidoarjo.
9. Siti Rohmah Hidayani (17 tahun) siswi SMAN 11 Surabaya.
10. Belinda Athayu Claresta (15 tahun) siswi SMA Barunawati.
Ada tawa bahagia dan tangis haru tersaji saat anak-anak bercerita untuk pertama kalinya berangkat ke luar negeri. Dengan bekal seadanya, mereka berangkat untuk menjujung dan mengharumkan nama baik Merah Putih.
Besar harapan mereka bahwa tidak ada perbedaan antara mereka dengan atlet karena mereka juga bisa mengharumkan Indonesia di kancah internasional. (Dna/Che)
Dapatkan update berita pilihan dan berita terkini setiap hari dari analisapost.com
Comments